Prinsip-Prinsip Dan Macam-Macam Alat Evaluasi
sumber: https://www.tokopedia.com
Prinsip-Prinsip Evaluasi
Evaluasi hasil belajar
dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa
berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini: (Anas Sudijono, 2011)
1. Prinsip Keseluruhan
Evaluasi yang berprinsip
keseluruhan atau menyeluruh atau komprehensif, adalah evaluasi tersebut
dilaksanakan secara bulat, utuh, menyeluruh. Maksud dari pernyataan tersebut
adalah bahwa, dalam pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara
terpisah, tetapi mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan,
atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik, sebagai
makhluk hidup dan bukan benda mati.
Terkait hal tersebut, evaluasi diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi. Jika dikaitkan dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, penilaian bukan hanya menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi, melainkan juga harus dapat mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati, serta mengimplementasikan materi tersebut dalam kehidupannya. Jika prinsip evaluasi keseluruhan tersebut dilaksanakan, akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi lengkap, terkait keadaan dan perkembangan subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.
2. Prinsip Kesinambungan
Penilaian yang berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus, sambung menyambung dari waktu ke waktu. Penilaian secara berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.
3. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas
mengandung makna bahwa, evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang
sifatnya subjektif. Orang juga sering menyebut prinsip objektif dengan sebutan
“apa adanya”. Istilah apa adanya tersebut mengandung pengertian bahwa, materi
evaluasi tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan
sesuai, atau sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran.
Dilihat dari pemberian skor dalam evaluasi, istilah apa adanya tersebut mengandung pengertian bahwa pekerjaan koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri tester. Dalam hal ini, tester harus dapat mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu, jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya lebih jelek, padahal jawaban tersebut sama. Demikian pula “kesan masa lalu” dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh,sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai yang objektif.
Sebenarnya bukan hanya 3 (tiga) prinsip di atas
yang menjadi ukuran dalam untuk melakukan evaluasi. Dimyati dan Mujiono
menyebutkan bahwa evaluasi yang akan dilakukan juga harus mengikuti beberapa
hal berikut: (Dimyati, 2006)
Kesahihan
Sebuah evaluasi
dikatakan valid jika evaluasi tersebut secara tepat, benar, dan sahih telah
mengungkapkan atau mengukur apa yang seharusnya diukur. Agar diperoleh hasil
evaluasi yang sahih, dibutuhkan instrumen yang memiliki/memenuhi syarat
kesahihan suatu instrumen evaluasi.
Keterandalan
Keterandalan evaluasi
berhubungan dengan masalah kepercayaan yaitu tingkat kepercayaan bahwa, suatu
evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Maksud dari pernyataan tersebut
adalah jika suatu eveluasi dilakukan pada subjek yang sama, evaluasi senantiasa
menunjukkan hasil evaluasi yang sama, atau sifatnya stabil. Dengan demikian
suatu ujian, misalnya, dikatakan telah memiliki reliabilitas apabila skor-skor
atau nilai-nilai yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya
adalah stabil, kapan saja, dimana saja ujian itu dilaksanakan, dan oleh siapa saja
pelaksananya.
Kepraktisan
Kepraktisan suatu evaluasi bermakna bahwa, kemudahan-kemudahan yang terdapat pada instrumen evaluasi, baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh hasil maupun kemudahan dalam menyimpan.
Macam-Macam Alat Evaluasi
Berdasarkan dari
pengertian dan fungsi tes diatas, tes digolongkan menjadi 5 (lima) golongan di
antaranya adalah sebagai berikut: (Mulyadi, 2010)
1. Menurut sifatnya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
a. Tes verbal, terdiri
dari; Tes lisan (oral test) dan Tes tulis (written test);
b. Tes nonverbal, Yaitu tes
yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat untuk melaksanakan tes, tetapi
menggunakan gambar, memberikan tugas dan sebagainya, atau dengan tes ini tester
menghendaki adnya respon dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau
kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku. Jadi, respon yang
dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan
tertentu.
2. Menurut tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
a. Tes Bakat (Aptitude Test), Yaitu tes yang
digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang. Tes bakat biasanya digunakan untuk
mengetahui kemampuan dasar yang bersifat potensial;
b. Tes Intelegensi (Intelligence Test), Yakni
tes yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat
kecerdasan seseorang;
c. Tes Prestasi Belajar (Achievement Test),
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui prestasi seseorang siswa dari mata
pelajaran yang telah diberikan. Sehingga dengan adanya tes hasil belajar ini, guru bisa mengetahui apakah pelajaran
yang telah diberikan mencapai tujuan sesuai dengan target yang telah ditentukan;
d. Tes Diagnostik (Diagnostic
Test), Yaitu tes yang digunakan untuk menggali kelemahan atau problem yang
dihadapi siswa, terutama kelemahan yang dialami siswa saat belajar;
e. Tes Sikap (Attitude Test), Yaitu tes untuk
mengetahui sikap seseorang siswa terhadap sesuatu;
f. Tes Minat, Yaitu tes yang digunakan untuk
mengetahui minat siswa terhadap hal-hal yang disukai. Sehingga melalui tes
tersebut dapat diketahui apa yang disukai oleh siswa.
3. Menurut pembuatannya, tes dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Tes Terstandar (Standard Direct Test), Tes
standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk
menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan
murid dengan murid yang lain pada usia atau level yang sama dan dalam kasus
perbandingan ini dilakukan ditingkat nasional. Biasanya tes ini dibuat oleh
sekelompok(tim) yang ahli di bidang pembuatan tes;
b. Tes Buatan Guru (Teacher Made Test), Tes
buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan instruksional untuk kelas
tertentu. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru untuk kepentingan
prestasi belajar.
4. Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi:
a. Tes Subjektif, Yaitu pada
umumnya berbentuk uraian
b. Tes Objektif, Yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban yang harus
dipilih oleh peserta didik
5. Ditinjau dari objek yang dites, maka tes
dikelompokkan menjadi:
a. Tes Individual, Yaitu suatu tes yang dalam
pelaksanaannya per
orangan sehingga memerlukan waktu yang cukup Panjang;
b. Tes Kelompok, Yaitu tes yang dilakukan terhadap beberapa murid dalam
waktu yang sama.
Rujukan
Anas Sudijono. (2011). Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Baharun, H. (2016).
Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
Madrasah. MODELING:
Jurnal Program Studi PGMI, 3(2), 205.
Dimyati, M. (2006). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mulyadi. (2010). Evaluasi
Pendidikan: Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di