Metode Pembelajaran Diskusi - Pengertian, Jenis-jenis, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan

Metode Diskusi

Implementasi Metode Diskusi (sumber: https://ujione.id/)

Pengertian Metode Diskusi

Secara umum metode diskusi adalah dua suku kata yang berbeda, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai dengan yang dikehendaki cara kerja yang bersistem untuk memudahkan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan diskusi, berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata “dis” dan “culture”. “Dis”artinya terpisah, sementara “culture” artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikanya (to clear away by breaking up or culturing). Secara umum, pengertian diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan masalah tertentu (problem solving) (Armai, 2002).

Menurut Djamarah dan Zain (2013) metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Adapun menurut Hamdayama (2014) diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan  pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran. Metode diskusi merupakan kegiatan tukar-menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian Bersama yang lebih jelas dan lebih teliti mengenai hal yang didiskusikan. Disamping itu, untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan Bersama.

Jenis-jenis Metode Diskusi

Menurut Darajat (1997) metode diskusi yang dilakukan guru dalam membimbing belajar siswa dibagi dalam beberapa model, antara lain:

1. Diskusi informal

Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari peserta didik yang jumlahnya sedikit. Dalam diskusi informal ini hanya seorang yang menjadi pimpinan, tidak perlu ada pembantu sedangkan yang lain hanya sebagai anggota diskusi.

2. Diskusi formal

Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur dari pimpinan sampai anggota kelompok. Diskusi dipimpin oleh seorang pendidik atau peserta didik yang dianggap cakap. Karena semua telah diatur, para anggota tidak dapat begitu saja berbicara (semua harus diatur melalui aturan yang dipegang oleh pimpinan diskusi), diskusi yang diatur seperti ini memang lebih baik.

3. Diskusi Panel

Diskusi ini diikuti oleh banyak peserta didik sebagai peserta, yang dibagi menjadi peserta aktif dan tidak aktif. Peserta aktif adalah langsung mengadakan diskusi. Sedangkan peserta tidak aktif sebagai pendengar.

4. Simposium

Dalam simposium, masalah-masalah yang akan dibicarakan diantar oleh satu orang atau lebih dan disebut pemrasaran. Pemrasaran boleh berpendapat beda-beda terhadap suatu masalah, sedangkan peserta boleh mengeluarkan pendapat menanggapi yang telah di kemukakan oleh pemrasaran.

Langkah-langkah Metode Diskusi

Hamdayama (2014) mengemukakan bahwa agar pelaksanaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan Langkah-langkah sebagai berikut.

1. Persiapan Diskusi

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifta umum maupun tujuan yang bersifat khusus.

b. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai denga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

c. Menetapkan masalah yang akan dibahas.

d. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus manakala diperlukan.

2. Pelaksanaan Diskusi

a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap mempengaruhi kelancaran diskusi.

b. Memberikan pengarahan sebelum melaksanakan diskusi, misalnya meyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

c. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasan dan iklim belajar yang menyenangkan, mislanya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

d. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

e. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak focus.

3. Penutup Diskusi

a. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

b. Mereview jalannya diskusi dengan meminat pendapat dari seluruh peserta didik sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Kelebihan Metode Diskusi

Kelebihan metode diskusi menurut Hery, Clay, & Lindgren (1960), antara lain:

1. Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik daripada memutuskan sendiri.

2. Siswa tidak terjebak pada jalan pemikiran sendiri, yang kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan orang lain.

3. Dengan diskusi timbul percakapan antara guru dan siswa sehingga diharapkan hasil belajarnya lebih baik.

4. Dengan diskusi memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas.

5. Diskusi membantu mendekatkan/mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas di tingkat perhatian.

6. Diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman.

Kekurangan Metode Diskusi

Kekurangan metode diskusi menurut Hamdayama (2014), antara lain:

1.  Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

3. Apabila peserta didik tidak memahami konsep dasar permasalahan maka diskusi tidak efektif.

4. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

5. Bisanya ornag menghendaki pendekatan yang lebih formal.

6. Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu.

Rujukan

Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002

Djamarah, Syaiful Bahri, Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Megajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdayama, jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hery, Clay, Lindgren. 1960. Educational Psychology The Classroom. Modern Asian Edition.

Zakiah, Darajat. 1997. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Metode Pembelajaran Demonstrasi - Pengertian, Jenis-jenis, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan

 Metode Demonstrasi

Implementasi Metode Demonstrasi

Pengertian Metode Demonstrasi

Ada beberapa pengertian metode demonstrasi menurut para ahli. Salah satunya menurut Djamarah dan Zain (2010) yang mengemukakan bahwa metode demonstrasi  adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan. Menurut Drajat dalam Huda (2013) menyatakan bahwa metode demonstrasi merupakan metode yang menggunakan peragaan untuk memperjelas pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta lain. Demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang efektif, karena peserta didik dapat mengetahui secara langsung penerapan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Huda (2013), metode demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh pendidik atau sumber belajar lain di depan seluruh peserta didik. Sedangkan menurut Dia’far (1995), metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan jalan pendidik atau bantuan orang lain memperlihatkan kepada murid-murid proses atau kaifiyat melakukan sesuatu.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan langsung suatu pembelajaran baik berupa tiruan maupun yang sebenarnya di hadapan semua peserta didik yang dilakuakn oleh guru ataupun sumber belajar lain. Dengan maksud agar peserta didik mendatkan gambaran yang lebih jelas terkait pelajaran yang didemonstrasikan di kelas.

Jenis-jenis Metode Demonstrasi

Adapun jenis-jenis metode  demonstrasi, antara lain:

Metode Demonstrasi Cara

Demonstrasi cara menunjukkan bagaimana cara mengerjakan sesuatu, termasuk mengemukakan bahan dan alat yang digunakan, memperlihatkan apa yang dikerjakan, dan bagaimana mengerjakannya, yang disertai dengan penjelasan disetiap langkah pengerjaannya. Contoh, langkah-langkah mengerjakan shalat, Langkah-langkah membuat suatu kerajinan tangan, cara melakukan olahraga tertentu dll. Metode demontrasi cara dapat berlangsung dengan waktu yang relatif singkat dan tidak memungut banyak biaya, sehingga lebih mudah diterapkan.

Metode Demonstrasi Hasil

Demonstrasi hasil dimaksud untuk menunjukkan hasil dari beberapa praktik dengan menggunakan bukti-bukti yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan. Iklan  komersial di televisi sering didasarkan atas metode demontrasi hasil. Contoh, iklan pasta gigi, sabun cuci pakaian, sabun pembersih lantai dan sebagainya. Demonstrasi hasil memerlukan waktu yang lama, biaya, dan cara baru dibandingkan dengan cara biasa yang dilakukan.

Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Adapun langkah-langkah dalam penggunaan metode demonstrasi antara lain:

1. Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta didik untuk berfikir, misalnya melaui pertanyaan-pertayaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong peserta didik untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.

2. Menciptakan suasana yag menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

3. Yakin bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan seluruh reaksi peserta didik.

4. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yag dilihat dari proses demonstrasi itu.

Berikutnya adalah cara mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi adalah dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan metode demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran, hal ini untuk meyakinkan apakah peserta didik memahami proses demonstrasi atau tidak. Selain memberikan tugas yag relevan, ada baiknya pendidik dan peserta didik melaukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode Demonstrasi Menurut Djamarah & Zain (2010), antara lain:

Kelebihan Metode Demonstrasi

1. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret, sehingga
menghindari verbalisme ( pemahaman secara kata-kata atau kalimat ).

2. Peserta didik lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

3. Proses pengajaran lebih menarik.

4. Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba Melaukannya sendiri.

Kekurangan Metode Demonstrasi

1. Metode ini memerlukan keterampilan pendidik secara khusus.

2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya ynag memadai tidak selalu tersedia dengan baik

3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. Sehingga dalam melakukan metode demonstrasi ini kita perlu mengkombinasikan dengan metode lain sehingga dapat saling melengkapi.

Rujukan

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya.  Jakarta: Diknas.

Dja’far, Zainuddin.  1995. Diktati Metodik, Cet. II; Pasuruan: PT Garoeda Buana Indah.

Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta.

Hamdayana, Jumata. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta: Graha Indonesia

Huda, Miftahul.  Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013.

Metode Pembelajaran Debat - Pengertian, Jenis-jenis, Unsur, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan

 Metode Debat

Implementasi Metode Debat (sumber: www.schooldebatteren.nl)

Pengertian Metode Debat

Menurut Djamarah dan Zain (2010) strategi pembelajaran dengan metode debat merupakan strategi yang secara aktif melibatkan peserta didik di dalam kelas bukan hanya sekedar pelaku debatnya saja, cara penyajian pembelajaran, dimana peserta didik-peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang biasa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Di dalam diskusi ini proses belajar-mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu 4 yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya akrif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Melalui metode debat ini peserta didik akan mampu meningkatkan emosionalnya, melatih kepekaan diri mengendalikan emosi dan mengajarkan peserta didik untuk selalu peka terhadap rangsangna sosial yang berhubungan dengan tuntutan sosial sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial. Semua hal tersebut memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasan secara optimal.

 

Debat menurut Zaini Hisyam dkk (2008) yaitu metode yang mendorong pemikiran dan perenungan dalam mempertahankan pendapat dengan keyakinan sendiri. Metode debat ini merupakan strategi yang secara aktif melibatkan setiap peserta peserta didik di dalam kelas bukan hanya para pelaku debatnya saja. Menurut Zulyetti (2014) mengung-kapkan bahwa metode debat aktif pertama kali diperkenalkan Melvin L. Silberman. Penerapan metode debat aktif tepat dilakukan untuk mendukung paradigma pendidikan abad 21, yang didukung oleh berbagai keunggulan yang ada dapat membantu pendidik dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran

Jenis-jenis Metode Debat

Jenis-jenis metode debat menurut (Surjadi,1989) adalah sebagai berikut:

1.     Debat Silang

Debat silang merupakan pembahasan suatu masalah, topik, ataupun isyu, oleh dua pihak yang berlainan pendapatnya, bahkan bertentangan. Akhir perdebatan adalah berupa rumusan pendapat. Selanjutnya apakah hadirin akan diberi kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat atau tidak terserah kepada pimpinan debat itu.

2.     Debat Parlementer

Metode ini disebut pula debat Oxford atau debat Inggris. Pelaksanaannya tidak banyak berbeda dengan Debat Silang di atas. Suatu masalah dianalisa dan dikemukakan pemecahannya oleh dua team (pihak) yang berlainan bahkan bertentangan pendapatnya. Masing-masing team bisa terdiri dari 2-3 orang. Lebih dari itu akan memakan waktu terlalu lama. Perdebatan kemudian dilanjutkan dengan melibatkan para hadirin untuk mengajukan pertanyaan, pendapat, komentar, saran,saran, atau kritik kepada para pemrasaran atau penyanggah. Terakhir dilanjutkan dengan pemungutan suara (voting) jika memang diperlukan. Jika tidak, mungkin konsensus tercapai.

3.     Debat Langsung

Prosedur metode ini pada umumnya hampir sama dengan prosedur debat silang dan parlementer. Bedanya hanya pada aspek-aspek atau butir-butir yang tidak disetujui oleh team penyanggah, langung diperdebatkan. Jadi team pemrasaran menyampaikan pasarannya, lalu ditanggapi oleh team penyanggah. Tampak dalam aspek atau butir apa saja penyanggah tidak brsesuaian pendapat dengan pemrasaran. Lalu diskusi atau debat dilakukan dan dipusatkan pada aspekaspek itu. Demikianlah diskusi bergerak dari satu aspek kepada aspek berikutnya.

4.     Debat Memecahkan Masalah

Seperti biasa pimpinan kelompok bersama anggota menentukan topik/masalah/isyu, dua team pembahas (A, B) masing-masing terdiri dari 2-3 orang, jadwal dan tempat berdebat/berdiskusi. Tujuan debat ini ialah menemukan cara yang tepat untuk memecahkan suatu masalah. Untuk itu kedua team harus berpikir jernih dan jelas, pengkajian masalah secara tuntas dengan mempergunakan pendekatan ilmiah dalam pengumpulan fakta dan data, kondisi serta alterntif-alternatif pemecahan. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik, pengerahan pikiran, sikap toleran dan evaluasi tanpa bias. Dengan kata lain perlu kerjasama yang saling memberi dan menerima, bersahabat, kritis dan semangat.

Unsur-unsur Debat

Dalam pelaksanaan metode debat ada beberap unsur yang perlu ada agar kegiatan debat dapat terlaksana dengan baik. Adapun unsur-unsur debat menurut Suherli (2016), antara lain:

1.     Mosi

Mosi merupakan suatu topik masalah yang sedang diperdebatkan. Mosi biasanya membahas mengenai masalah yang sedang hangat diperbincangkan oleh khalayak ramai sehingga akan lebih menarik jika masalah tersebut dibahas dalam debat.

2.     Tim Afirmasi

Tim afirmasi adalah tim yang pro terhadap mosi yang sedang diperdebatkan. Tim ini menyajikan pendapat dan alasan yang kuat untuk mendukung dan menguatkan mosi yang sedang dibahas.

3.     Tim Oposisi

Tim oposisi adalah lawan dari tim afirmasi. Tim oposisi adalah tim yang menyanggah segala argumentasi tim afirmasi dengan menunjukkan alasan, bukti, dan contoh yang lebih kuat untuk melemahkan argumentasi dari tim afirmasi.

4.     Tim Netral

Tim netral adalah tim yang tidak mendukung tim afirmasi maupun tim oposisi. Tim ini dapat memberikan argumentasi dari dua sisi yaitu menerima dan menolak sebagian dari mosi yang disambaikan dalam debat. Tim netral bersifat opsional dalam kegiatan debat yang berarti boleh ada maupun tidak ada.

5.     Moderator

Moderator adalah orang memimpin debat. Menurut Wiyanto (2003) pemimpin debat mempunyai tugas sebagai berikut. (1) Membuka debat, (2) Memperkenalkan masing-masing pembicara anggota tim, afirmasi dan tim oposisi, (3) Memperkenalkan petugas pencatat waktu dan dewan juri, (4) Mengatur ketertiban dan kelancaran debat, (5) Menghitung hasil penilaian dewan juri dan menentukan pemenang, (6) Mempersilakan dewan juri mengadakan penjurian lisan (kalau perlu), (7) Mengumumkan pemenang debat (salah satu dari tim afirmasi dan tim oposisi), dan (8) Menutup debat.

6.     Penulis atau Notulis

Penulis atau notulis adalah orang yang mencatat hal-hal yang penting dalam debat dan mencatat hasil akhir dalam debat.

Langkah-langkah Metode Debat

Menurut Silberman (2013) bahwa metode debat memiliki prosedur atau langkah-langkah, yaitu sebagai berikut.

1. Membuat pertanyaan yang berkaitan dengan sebuah isu kontroversial yang berhubungan dengan materi pelajaran.

2.     Membagi kelas menjadi dua tim, yaitu kelompok “pro” dan kelompok “kontra”.

3.   Membuat dua sampai empat sub kelompok di dalam setiap tim debat. Pada akhir diskusi, setiap subkelompok memilih satu orang sebagai juru bicaranya.

4.   Menyiapkan dua sampai empat kursi (tergantung jumlah subkelompok di setiap pihak) untuk para juru bicara di pihak yang pro, dan berhadapan dengan mereka, jumlah kursi yang sama untuk para juru bicara dari pihak yang kontra.

5. Debat dapat dihentikan setelah semua peserta didik mendengar argumenargumen pembuka, kemudian peserta didik diminta berkumpul di subkelompok masing-masing.

6. Perdebatan dapat dimulai kembali. Meminta para juru bicara baru memberikan “argumen balasan”.

7.   Menghentikan debat ketika sudah dirasa cukup. Meminta semua peserta didik untuk mengidentifikasi argumen terbaik mana saja yang disampaikan oleh kedua belah pihak.

8.     Variasi:

a.      Menambahkan satu kursi atau lebih di tim debat.

b.     Memulai debatnya langsung dengan argumen pembuka.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat, diantaranya adalah sebagai berikut (Hamdayana, 2014).

1.      Memantapkan pemahaman konsep peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diberikan

2.      Melatih peserta didik untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan

3.      Melatih peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.

Sedangkan kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut

2. Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila pendidik tidak menengahi

3. Peserta didik yang pandai beragumen akan selalu aktif tapi yang kurang pandai beragumen hanya diam dan pasif

4. Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok

5. Perlunya tema yang mudah dipahami oleh peserta didik

6. Tema haruslah dapat diperdebatkan

7. Perataan peserta didik dalam kelompok terkadang tidak heterogen.

Rujukan

Djamarah. S. B, Zain. A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamdayana, Jumata. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta:Graha Indonesia

Hisyam Zaini dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pusat Insan Madani.

Silberman, Mel. 2013. Pembelajaran Aktif: 101 Strategi Untuk Mengajar Secara Aktif. Jakarta: Indeks

Suherli. 2016. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Surjadi. A. 1989. Membuat Peserta didik Aktif Belajar. Bandung : Mandar Maju

Wiyanto, A. 2003. Debat sebagai Retorika. Jakarta: Aneka Ilmu.

Zulyetti. 2014. Penerapan Metode Active Debate dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6(2), 14-21. 7

Metode Pembelajaran Resitasi (Pemberian Tugas) - Pengertian, Tujuan, Jenis-jenis, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan

Metode Resitas (Pemberian Tugas)

Implementasi Metode Resitasi (Sumber: www.istockphoto.com)

Pengertian Metode Resitasi

Metode resitasi atau biasa kita kenal metode pemberian tugas merupakan metode penyajian bahan dimana pendidik memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat dikerjakan di kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, maupun di rumah peserta didik itu sendiri. Metode resitasi ini digunakan Ketika bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Artinya, bahan pelajaran yang ada tidak seimbang dengan waktu yang tersedia sehingga agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang diharapkan, maka pendidik menggunanakan metode resitasi ini sebagai solusinya.

Menurut Purwanto (2011) Metode resitasi (pemberian tugas) merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada pemberian tugas oleh guru kepada anak didik untuk menyelesaikan sejumlah kecakapan, keterampilan tertentu. Selanjutnya hasil penyelesaian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam pelaksanaannya anak didik tidak hanya menyelesaikan dirumah akan tetapi juga dapat menyelesaikan diperpustakan, dilaboratorium, ruang praktikum dan lain sebagainya. Adapun menurut Djamarah, dkk, (2013) menyatakan bahwa metode resitasi atau pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana pendidik memberikan tugas agar peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Tugas yang dilaksanakan peserta didik dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah, atau dimana saja asal tugas dapat dikerjakan. Kemudian, menurut Sagala (2006), memaparkan metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar, kemudian dipertanggung jawabkannya.

Berdasarkan dari beberapa pendapat yang telah dibahas oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi atau pemebrian tugas adalah salah satu cara atau metode mengajar yang dapat dipilih oleh pendidik, dimana dalam pelaksanaannya, pendidik menuntut agar peserta didik dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Tugas yang diberikan ini biasanya bersifat individual dapat juga dikerjakan secara berkelompok.

Tujuan Metode Resitasi

Adapun tujuan metode resitasi Menurut Hamdayama (2014) yakni:

1. Memperdalam pengertian peserta didik terhadap pelajaran yang telah diterima.

2. Melatih peserta didik kea rah belajar mandiri.

3. Peserta didik dapat membagi waktu secara teratur.

4. Agar peserta didik dapat memanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.

5. Melatih peserta didik untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.

6. Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.

Jenis-jenis Metode Resitasi

Berikut ini beberapa jenis-jenis metode resitasi menurut Suwarna, dkk., (2005), antara lain:

1. Penugasan Individu

Seperti namanya, penugasan individu adalah sebuah bentuk penugasan yang dibebankan kepada masing-masing peserta didik. Tugas secara individu lebih ditekankan kepada pembinaan kognitif, afektif, psikomotor peserta didik secara individual. Melalui tugas individual ini, peserta didik dituntut untuk menunjukkan kesanggupan dan kerajinan masing-masing. Meskipun demikian, peserta didik tetap diberikan kesempatan untuk berdialog atau berdiskusi dengan peserta didik lain. Tetapi tugas yang diberikan harus tetap dikerjakan secara individual atau perorangan.

2. Penugasan Kelompok

Penugasan kelompok dalam metode resitasi adalah bentuk tugas yang diberikan guru kepada peserta didik untuk diselesaikan secara berkelompok. Jenis metode resitasi ini digunakan oleh pendidik untuk membantu peserta didik supaya mereka mampu bekerja sama di dalam kelompok-kelompok yang telah dibentuk untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik. Di sini peserta didik didorong atau dimotivasi untuk bekerja sama untuk mengerjakan sebuah tugas dan mereka harus mampu mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya dalam kelompok

Langkah-langkah penerapan Metode Resitasi

Adapun Langkah-langkah penerapan metode resitasi (pemberian tugas) menurut Aqib dan Murtadlo (2016) yakni sebagai berikut:

Fase Pemberian Tugas

1. Merumuskan masalah (scope and sequenes) dengan jelas,

2. Mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas

3. Menentukan jeni tugas (kelompok/individu)

4. Memberikan penjelasan atau pengarahan tugas

5. Memberikan petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan peserta didik, dan

6. Menentukan limit waktu penentuan pelaksanaan

Fase Pelaksanaan Tugas

1. Mengadakan bimbingan atau pengawasan dalam pelaksanaan tugas

2. Memberikan motivasi atau dorongan sehingga anak mau bekerja

3. Memberikan pelayanan kebutuhan

4. Diusahakan atau dikerjakan oleh peserta didik sendiri, tidak menyuruh orang lain, dan

5. Dianjurkan agar peserta didik mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis.

Fase Pertanggung Jawaban Tugas

1.  Pelaporan secara lisan atau tulisan, tindakan atau demonstrasi,

2.  Melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan tugas,

3.  Melaksanakan penilaian proses, hasil pelakasanaan, dan

4. Mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh peserta didik selama pelaksanaan tugas

Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi

Menurut menurut Aqib dan Murtadlo (2016) kelebihan dan kekurangan metode resitasi, antara lain:

Kelebihan Metode Resitasi

1.  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar yang lebih banyak

2.  Memupuk rasa tanggung jawab

3.  Memperkuat motivasi belajar

4.  Menjalin hubungan antara sekolah dan keluarga

5.  Mengembangkan keberanian berinsiatif

6.  Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan peserta didik

7.  Peserta didik belajar dan mengembangkan insiatif dan sikap mandiri

8.  Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar

9.   Dapat mempraktikan hasil teori atau konsep dalam kehidupan nyata atau masyarakat

10. Dapat memperdalam pengetahuan peserta didik dalam spesialisasi tertentu

11. Relevan dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

12. Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, baik dekat dengan pendidik maupun pada saat jauh dari pendidik, di dalam sekolah maupun luar sekolah

13. Mengembangkan sifat kemandirian pada diri peserta didik

14. Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari pendidik dan lebih memperdalam, memperkaya, atau memperluas pandangan tentang materi yang dipelajari

15. Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi

16. Pengetahuan yang peserta didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat dilakukan sengan bervariasi

17. Merangsang kegairahan belajar peserta didik karena dapat dilakukan dengan bervariasi

18. Membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik

19. Mengembangkan kreativitas peserta didik

Kekurangan Metode Resitasi

1. Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh pendidik ataupun orangtua

2. Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh peserta didik sendiri atau atas bantuan orang lain

3. Banyak kecenderungan peserta didik saling mencontek

4. Agak sulit diselesaikan oleh peserta didik yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur

5. Dapat menimbulkan frustasi jika gagal menyelesaikan tugas

6. Peserta didik dapat melakukan penipuan terhadap tugas yang diberikan karena dapat dikerjakan oleh orang lain atau menjiplak karya orang lain

7. Jika tugas diberikan terlalu banyak, peserta didik dapat mengalami kejenuhan atau kesukaran dan hal ini dapat berakibat ketenangan batin peserta didik merasa terganggu

8. Sukar memberikan tugas yang dapat memenuhi sifat perbedaan individu dan minat dari masing-masing peserta didik

9.  Pemberian tugas cenderung memakan waktu dan tenaga serta biaya yang cukup berat

Rujukan

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Murtadlo, Zainal Aqib dan Ali. 2016. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Bandung: Satu Nusa.

Purwanto, Ngalim. 2011. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sagala, Sayiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Suwarna, dkk. 2005. Pengajaran Mikro, Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana.