Panduan Menyusun BAB II Skripsi

Panduan Menyusun BAB II Skripsi

(sumber: https://erksfm.id)

Hal-hal yang harus ada dalam bab 2 Skripsi

1.     Pengertian dari variable yang dipakai

2.     Pengertian dan penjelasan dari topik yang dibahas

3.     Kerangka Berpikir

 

Pengertian dan Penjelasan dari Variabel serta Topik yang Dibahas

Misalnya pada contoh skripsi yang berjudul:

CONTOH 1

“Praktek Pembulatan Timbangan terhadap Usaha Jaza Laundry ditinjau dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah”

BAB II

KAJIAN TEORI

A.   Jasa Laundry

1.     Pengertian Jasa Laundry

2.     Jenis-jenis Laundry

3.     Hubungan konsumen dengan pelaku usaha jasa laundry

B.    Pembulatan Timbangan

1.     Pengertian Timbangan

2.     Jenis-jenis Timbangan

3.     Dasar Hukum dalam Islam

4.     Larangan Curang dalam Takaran dan Timbangan

C.   Konsep Ijarah

1.     Pengertian Ijarah

2.     Jenis-jenis Ijarah

3.     Dasar Hukum Ijarah

D.   Gharar

1.     Pengertian Gharar

2.     Jenis-jenis Gharar

 

CONTOH 2

“Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap Jual Beli Ikan Kiloan dengan Sistem Pancing di Desa Singganih”

BAB II

KAJIAN TEORI

A.   Jual Beli

1.     Pengertian Jual Beli

2.     Rukun Jual Beli

3.     Syarat Jual Beli

4.     Jenis-jenis Jual Beli

5.     Jenis Jual Beli yang Dilarang

B.    Konsep Timbangan dalam Islam

1.     Pengertian Timbangan

2.     Timbangan dalam Islam

3.     Jenis-jenis Timbangan

 

CONTOH 3

“Analisi Hukum Ekonomi Syariah terhadap Praktek Matemba’ Arisang di Pajalele Kab. Sidrap”

BAB II

KAJIAN TEORI

A.   Utang Piutang

1.     Pengertian Utang Piutang

2.     Dasar Hukum Utang Piutang

3.     Rukun dan Syarat Utang Piutang

4.     Hukum-hukm Utang Piutang

B.    Matembak’ Arisang

1.     Pengertian Arisan

2.     Pengertian Matemba’ Arisang

3.     Unsur-unsur dalam Arisan

4.     Jenis-jenis Arisan

5.     Metode Arisan

6.     Pandangan Islam Mengenai Arisan

C.   Hukum Ekonomi Islam

1.     Pengertian Hukum Ekonomi Islam

2.     Dasar Hukum Ekonomi Islam

3.     Prinsip Hukum Ekonomi Islam

D.   Riba

1.     Pengertian Riba

2.     Jenis-jenis Riba

 

Isi dari bab II skripsi harus bersumber dari artikel jurnal online dan juga buku cetak atau e-book. Kriteria artikel atau jurnal yang dapat dijadikan sumber dalam bab II skripsi adalah:

1. Memiliki volume, nomor, dan tahun terbit.

2. Jurnal terbaru dan sesuai dengan judul skripsi yang dibahas.

3. Berasal dari website jurnal terpercaya atau terakreaditasi dan sudah banyak dirujuk orang lain.

Sedangkan kriteria buku cetak atau e-book yang dapat dijadikan sumber pustaka dalam bab II skripsi ini adalah:

1. Usahakan edisi terbaru.

2. Memiliki ISBN.

3. Teori di dalam bukunya bisa dipertanggung jawabkan.

4. Sesuai dengan topik skripsi yang dibahas.

 

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan konseptual mengenai bagaimanan teori berhubungan diantara berbagai factor yang telah diidentifikasikan penting terhadap masalah penelitian.

Kerangka berpikir yang baik adalah jika peneliti dapat mengidentifikasi variabel-variabel penting yang sesuai dengan masalah penelitian dan secara logis mampu menjelaskan keterkaitan antarvariabel. Kerangka berpikir yang baik dapat disusun dengan cara berikut:

1. Mengidentifikasikan variabel penelitian dengan jelas.

2. Menguraikan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

3. Menentukan hubungan variabel. Jika karakteristik atau sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdadsarkan penemuan penelitian sebelumnya, hal itu dapat menjadi dasar dalam uraian berpikir, apakah hubungan itu positif atau negatif.

4. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antarvariabel. Pada tahap ini, peneliti seharusnya dapat menjelaskan secara jelas mengenai hubungan antar variabel.

5. Menggambarkan kerangka berpikir dalam bentuk diagram skematis. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat melihat dengan jelas hubungan antarvariabel.

Contoh Kerangka Berpikir

Agar lebih memahaminya, berikut contoh kerangka berpikir skripsi berjudul “Analisi Hukum Ekonomi Syariah terhadap Praktek Matemba’ Arisang di Pajalele Kab. Sidrap"

Kerangka Berpikir

Arisan merupakan salah satu bentuk tolong menolong sesama anggota. Anggota yang namanya keluar terlebih dahulu dalam undian akan berhak atas iuran yang sudah dikumpulkan oleh semua anggota arisan. Seiring berjalnnya waktu setiap kebutuhan manusia setiap harinya akan berubah dan ada juga namanya kebutuhan mendadak, begitupun juga kebutuhan para anggota arisan di pajalele yang tidak bisa diprediksi. Dimana seseorang yang membutuhkan uang secara mendadak dan kebetulan pada saat pengundian arisan bukan dia yang memperolehnya, maka orang tersebut akan meminta uang itu kepada orang yang naik undiannya dengan jaminan apabila arisannya naik maka orang yang ditempati berhutang akan mengambilnya bagiannya.

Arisan tersebut biasa disebut tembak arisan uang. Arisan ini pada dasarnya menggunakan akad utang piutang karena anggota yang telah memperoleh arisan berutang kepda anggota yang belum memperoleh arisan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kerangka berpikir dapat dilihat pada began berikut.


Konsep Dasar Serta Area Perbedaan Individu

Konsep Dasar Serta Area Perbedaan Individu

sumber: https://satwikobudiono.wordpress.com/

Pada proses pembelajaran, guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran saja. Karena di dalam pembelajaran terdapat beberapa aspek penilaian yang harus dilakukan guru terhadap peserta didik yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, demi terwujudnya tujuan belajar dengan hasil yang optimal, maka guru perlu mengenal karakteristik setiap peserta didik. Perbedaan individual peserta didik biasanya merupakan hasil interaksi antara pengaruh keturunan dan pengaruh lingkungan secara bersamaan, yang akhirnya menghasilkan manusia yang unik. Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya mampu memahami karakteristik maupun sifat-sifat dari setiap peserta didiknya. Dengan metode yang khusus dan mengaplikasikannya langsung dalam pembelajaran sehingga mengetahui perbedaan peserta didiknya dan bagaimana cara untuk mengatasinya dengan cara-cara yang mudah di tangkap atau di pahami peserta didik.

Konsep Dasar Perbedaan Individu

Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan secara umum disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor bawaan/keturunan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan merupakan faktor biologis yang diturunkan melalui pewaris genetik oleh orang tua. Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan individual diantaranya status sosial ekonomi orang tua, budaya, dan urutan kelahiran.

 

Perbedaan individu (individual differences) adalah suatu perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu baik fisik maupun non fisik/psikis yang menjadikan seseorang memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan individu merupakan faktor penting sebagai dasar pengembangan individualized instruction. Beberapa perbedaan yang sangat penting diperhatikan dalam proses pengajaran adalah perbedaan kemampuan dasar atau bakat, minat, kecepatan dan cara belajar anak. Setiap anak memiliki kemampuan dasar bawaan, dan akan mengalami perubahan karena pengalaman, karena kebutuhan anak dan kemampuan dasar bawaannya berbeda maka minat anak dalam belajar akan berbeda juga.

 

Beberapa aspek perbedaan secara umum pada setiap individu antara lain perbedaan pada aspek: biologis, psikologis, intelegensi, bakat,  jenis kelamin, etnis, dan lain sebagainya.

Perbedaan Biologis

Menurut Djamarah (2010) dalam Firmansyah (2018), tidak ada seorang pun yang memiliki kondisi jasmani yang persis sama, bahkan terhadap anak kembar dari satu sel telur pun tetap terdapat perbedaan dalam aspek jasmani. Perbedaan itu seperti pada jenis kelamin, bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit, bentuk mata, dan sebagainya. Semua itu adalah ciri-ciri individu anak didik yang dibawa sejak lahir.

 

Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada aspek biologis (biasa disebut juga dengan istilah fisiologi) yang dimaksud, dalam perspektif Slameto (2010) dalam Firmansyah (2018) , yaitu: (1) faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit, dan (2) faktor cacat tubuh. Cacat tubuh yang dimaksud adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan, seperti buta, tuli, bisu, lumpuh, dan lain sebagainya.

 

Faktor-faktor pada aspek biologis menurut Djaali (2012) dalam Firmansyah (2018), berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Dalam hal ini, kondisi tubuh (aspek biologis) menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung, seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Dalam hubungan ini, guru sebaiknya tidak menyebut ciri-ciri fisik mencolok yang berkonotasi kepada konsep diri yang bersifat negatif bagi si anak. Anak didik yang berkulit hitam misalnya, oleh guru dipanggil dengan “Si hitam” terus menerus, sehingga panggilan itu melekat dan menjadi bagian darinya. Maka si anak terus menerus akan merasa tidak nyaman dan mungkin stres karenanya.

Perbedaan Psikologis

Perbedaan psikologis pada peserta didik mencakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan kepribadian. Ketiga faktor psikologis ini berkolerasi positif dengan hasil belajar yang dicapai. Dalam kondisi minat yang besar terhadap pelajaran, motivasi yang tinggi untuk belajar, dan kemampuan memori yang maksimal, maka hasil belajar yang dicapai juga akan maksimal.

 

Perbedaan psikologis ini dapat dimanfaatkan oleh guru daalam pengelolaan kelas, terutama dalam penempatan anak di tenpat duduk dan pengelompokan. Anak yang memiliki minat dan motivasi yang rendah sebaiknya dimasukan kedalam kelompok anak yang memiliki minat dan motivasi yang tinggi agar anak yang kurang termotivasi itu menjadi lebih termotivasi (solatun & Turhusna, 2020)

Perbedaan Intelegensi

Perbedaan inteligensi ini terutama berkaitan dengan perolehan belajar. Menurut ackerman (dalam Berliner & calfee, ) proses perolehan belajar ini tersusun dari tiga fase yang masing-masing membutuhkan kemampuan intelektual yang berbeda-beda, yaitu fase kognitif, asosiatif, dan otonomi.

Salah satu ciri kematangan intelektual peserta didik adalah kemampuannya mentoleransi ketidakpastian, menahan persetujuan, kemampuan untuk menghadapi kontradiksi, serta mengakui manfaat atas konsep dan pendapat yang berlawanan tanpa skeptisme dan rivalitas. Orang yang sudah matang intelektualnya tidak akan mengembangkan sikap antagonistic ketika  terjadi perbedaan pendapat.

Perbedaan Bakat

Meski istilah bakat dan inteligensi sering digunakan dengan maksud yang sama, namun bakat hanyalah salah satu karakteristik inteligensi. Menurut Bingham mendefinisikan bakat sebabai sebuah kondisi atau rangkaian karakteristik yang dianggap sebagai gejala kemampuan seorang individu untuk memperoleh melalui latihan sebagian pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respons sperti kemampuan berbahasa, kemampuan music dan sebagainya (Solatun & Turhusna, 2020).

Perbedaan Individu Lainnya

Perbedaan individu lain yang banyak diteliti oleh para ahli adalah perbedaan jenis kelamin (gender), perbedaan etnis, dan perbedaan kondisi sosial ekonomi. Mengenai perbedaan gender, menurut Byrnes dalam Khodijah, penelitian menunjukkan bahwa kinerja wanita lebih baik daripada laki-laki dalam tes kemampuan membaca pemahaman dan menulis Ketika mereka masuk ke kelas satu sekolah dasar. Sedangkan kinerja laki-laki ditemukan lebih baik pada tes matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial pada awal masa remaja. (Khadijah, 2006).

 

Adapun mengenai perbedaan etnis, Khodija menginformasikan, bahwa penemuan-penemuan tentang perbedaan etnis cukup konsisten dalam semua mata pelajaran. Kinerja peserta didik kulit putih ditemukan lebih baik dibandingkan peserta didik-peserta didik keturunan Afrika (mungkin penelitian ini dilakukan di Amerika dan Eropa pada umumnya yang tingkat rasisnya sangat tinggi) (Khadijah, 2006).

 

Selain perbedaan gender dan perbedaan etnis, perbedaan individual lain yang dianggap banyak berpengaruh adalah perbedaan status sosial ekonomi. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Khodijah, pengaruh aspek ini pada belajar dimungkinkan karena tiga hal, yaitu: kebutuhan fisik dan pengalaman yang kurang terpenuhi,  pola interaksi di rumah yang kurang demokratis, serta nilai-nilai dan sikap terhadap arti penting ilmu dan pendidikan yang kurang tertanam di rumah (Khadijah, 2006).

 

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi perbedaan individual dalam belajar di sekolah menurut Muhibbin Syah dalam widiansyah (2018) kebanyakan berasal dari faktor internal peserta didik dari pada eksternal.

1. Faktor Eksternal seperti latar belakang sosial peserta didik seperti latar belakang keluarga dan teman-temannya

2. Faktor Internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan fisik, mental intelektual, kognitif, dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi faktor kesehatan/kesegaran fisik dan faktor alat indra (fungsi alat indra mata dan telinga). Faktor mental intelektual terdiri dari faktor kecerdasan/ inteligensi dan faktor kognitif yang meliputi faktor kemampuan mengenal/mengamati, berpikir, kemampuan mengingat serta faktor appersepsi (dasar pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki peserta didik). Faktor psikologis adalah sikap, minat, dan motivasi peserta didik terhadap belajar/pelajaran.

Area Perbedaan Individu

Perbedaan individu sangat menarik perhatian para ilmuwan, termasuk De Petter dan Hearchi dalam widiansyah (2018) menjelaskan berbagai macam tipe orang dalam belajar. Setiap orang memiliki cara/metode belajarnya sendiri. Antara lain:

1. Peserta Didik Tipe Visual

Tipe ini lebih banyak menyerap informasi melalui Indera penglihatan, hal yang dapat dilakukan dalam memaksimalkan potensi belajarnya adalah:

a. Posisikan tempat duduk di bangku paling depan, agar mereka dapat langsung melihat yang dituliskan atau digambarkan/diterangkan guru di papan tulis;

b. Perbanyak diagram, peta konsep, flow-chart dalam menjelaskan materi;

c. Putarkan film. Ajak peserta didik untuk mencatat poin-poin penting;

d. Ilustrasi dan sketsa/gambar dalam pembelajaran.

2. Peserta Didik Tipe Auditori

Tipe ini lebih banyak menyerap informasi lewat Indera pendengaran, hal yang bisa dilakukan dalam memaksimalkan potensi belajarnya adalah:

a. Maksimalkan penggunaan audio (musik, radio, dan sebagainya);

b. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras;

c. Sering buat/lemparkan pertanyaan-pertanyaan sederhana;

d. Gunakan rekaman;

e. Bimbing mereka dalam menjelaskan dan mendeskripsikan dengan kata-kata;

f. Biarkan mereka mencatat hal yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran;

g. Belajar dalam kelompok.

3. Peserta Didik Tipe Kinestetik

Tipe ini lebih banyak memperoleh informasi melalui gerakan fisik, hal yang dapat dilakukan dalam memaksimalkan potensi belajarnya adalah:

a. Belajar melalui praktek lapangan (field trip);

b. Melakukan pertunjukan;

c. Membuat figuran/model/contoh-contoh;

d. Kegiatan praktikum di laboratorium;

e. Perbanyak simulasi serta role playing.

 

Zagoto, Yarni, & Dakhi dalam Widiansyah (2018) menyatakan bahwa Gaya belajar atau learning style merupakan cara seseorang dalam menyerap informasi/pelajaran, mengatur, dan mengola informasi tersebut untuk memecahkan masalah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang di didasarkan pada kepribadian peserta didik masing-masing. Gaya belajar secara garis besar dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.

Cara Guru Menyikapi Perbedaan Peserta Didik di Kelas

Karakteristik individual masing-masing terletak pada aspek biologis (fisiologis) yang meliputi bentuk, anatomi, susunan dan struktur tubuh manusia, serta aspek psikologis yang meliputi minat, bakat, intelegensi, emosi, dan lain sebagainya. Kedua aspek ini membentuk suatu perilaku tertentu pada manusia yang menjadikannya berbeda dengan manusia yang lainnya.

Dalam menyikapi perbedaan-perbedaan ini, dalam proses pembelajaran di kelas, Solatun & Turhusna (2020) mengemukakan guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam mengajar, hendaknya guru menggunakan metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi. Sebab dengan variasi tersebut diharapkan beberapa perbedaan kemampuan anak dapat terlayani.

2. Hendaknya digunakan alat atau media pengajaran. Penggunaan media atau alat-alat pengajaran dapat membantu peserta didik yang mempunyai kelemahan tertentu. Anak yang kemampuan abstraknya kurang, dapat dibantu dengan alat peraga yang konkrit. Sementara anak yang pendengarannya kurang, dapat dibantu dengan penglihatan.

3. Hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai, untuk mengimbangi kepandaiannya. Bahan tambahan tersebut dapat berupa bahan bacaan, soal-soal yang harus dipecahkan dan sebagainya.

4. Hendaknya guru memberikan bantuan atau bimbingan khusus kepada anak-anak yang kurang pandai atau lambat dalam belajar. Bantuan atau bimbingan dapat diberikan pada jam pelajaran ataupun di luar jam pelajaran.

5. Pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.

Rujukan

Firmansyah. “Analisis Perbedaan Individual dan Implikasi dalam Proses Pembelajaran.” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol. 21.No.3 (Oktober 2021): 1317-1322.

Khadijah, Nyayu. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006.

Solatun, Saomi & Turhusna, Dalila. Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran.” Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Vol. 2. No. 1 (Maret 2020): 28-42.

Widiansyah, Apriyanti. Modul Psikologi Pendidikan. Jakarta: PGSD FIP Universitas Bhayangkara, 2018.