Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
(sumber: https://health.detik.com/)
Konsep Dasar Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada hasil
penelitian Barrow and Tamblyn (Barret, 2005: 13) dan pertama kali
diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University Kanada pada
tahun 60-an. Pembelajaran berbasis masalah sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran diterapkan dengan alasan bahwa pembelajaran berbasis masalah
sangat efektif untuk sekolah kedokteran dimana mahapeserta didik dihadapkan
pada permasalahan kemudian dituntut untuk memecahkannya. Walaupun pertama
dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah kedokteran tetapi pada perkembangan
selanjutnya diterapkan dalan pembelajaran secara umum.
Dilihat dari konteks
perbaikan kualitas pendidikan, maka model pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem
pembelajaran. Tidak sedikit peserta didik yang mengambil jalan pintas, misalnya
dengan mengomsumsi obat-obatan terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara
tidak sanggup memecahkan masalah. Model pembelajaran berbasis masalah
diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada masalah. Istilah
berpusat berarti menjadi tema, unit, atau isi sebagai fokus utama belajar.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Jadi, Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Basic Learning (PBL) adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial
dari materi pelajaran.
Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Karakteristik
Pembelajaran Berbasis Masalah Arends (dalam Trianto, 2007) pembelajaran
berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Artinya, pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang
kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk peserta
didik
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Artinya, meskipun pengajaran berbasis masalah
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu
sosial), masalah yang akan diselidiki telah yang dipilih benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya peserta didik meninjau masalah itu dari banyak mata
pelajaran.
3. Penyelidikan autentik. Artinya, pengajaran berbasis masalah
mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Artinya, pengajaran berbasis masalah menuntut
peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau
artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah
yang mereka temukan.
5. Kerjasama. Artinya, pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh peserta didik yang
bekerja satu sama dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil.
Sintaks model pembelajaran berbasis masalah
Menurut Trianto (2011)
sintak pembelajaran berbasis masalah yaitu :
1. Orientasi Peserta didik pada Masalah
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan alat bahan yang dibutuhkan, memgajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong peserta
didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil penyelesaian
masalah
Guru membantu peserta
didik dalam merencanakan, dan menyiapkan karya hasil yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian
masalah
Guru membantu peserta
didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Warsono dan Hariyanto
(2012) menyatakan ada beberapa kelebihan model pembelajaran berbasis masalah antara
lain:
1. Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah
(problem posing) dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya
terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa
berdiskusi dengan teman-teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman
sekelasnya.
3. Makin mengakrabkan guru dengan peserta didik.
4. Karena ada kemungkinan suatu masalah harus
diselesaikan peserta didik melalui eksperimen hal ini juga akan membiasakan
peserta didik dalam menerapkan metode eksperimen
Sanjaya (2008)
mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kelemahan,
antara lain:
1. Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya,
2. Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan pembelajaran.
0 Comments:
Post a Comment