Model Pembelajaran Kooperatif
Sumber: https://fatkhan.web.id/
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning berasal dari dua kata yaitu Cooperative dan
Learning. Cooperative berarti kerjasama dan Learning
berarti belajar. Jadi, Cooperative Learning merupakan belajar
melalui kegiatan bersama. Cooperative Learning merupakan suatu
model pembelajaran dengan learning community yaitu dengan membentuk
masyarakat belajar atau kelompok-kelompok belajar. Selama proses kerjasama
berlangsung, tentunya ada diskusi, saling bertukar ide, yang pandai mengajari
yang lemah, dari individu atau kelompok yang belum tahu menjadi tahu.
Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok,
karena belajar dalam model Cooperative learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat
kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan-hubugan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota
kelompok. Model belajar Cooperative learning merupakan suatu
model pembelajaran yang membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman
dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan
bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan
motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara peserta didik dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temanya. Kegiatan peserta didik dalam belajar kooperatif antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman sekelompoknya untuk berpartisipasi secara aktif, dan berdiskusi. Agar kegiatan peserta didik berlangsung dengan baik dan lancar diperlukan keterampilan-keterampilan khusus, yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi dan pembagian tugas antara anggota kelompok.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1.
Kelompok dibentuk dengan peserta didik kemampuan
tinggi, sedang, rendah.
2.
Peserta didik dalam kelompok sehidup semati.
3.
Peserta didik melihat semua anggota mempunyai
tujuan yang sama.
4.
Membagi tugas dan tanggung jawab sama.
5.
Akan dievaluasi untuk semua.
6.
Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja
bersama.
7. Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.
Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Pengembangan
pembelajaran kooperatif bertujuan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Masing-masing tujuan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pencapaian Hasil Belajar
Meskipun pembelajaran
kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga
bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu peserta didik
memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan
bahwa model struktur kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian peserta
didik pada belajar akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan hasil
belajar.
Pembelajaran kooperatif
dapat memberi keuntungan pada peserta didik yang bekerja sama menyelesaikan
tugas-tugas akademik, baik kelompok bawah maupun kelompok atas. Peserta didik
kelompok atas akan menjadi tutor bagi peserta didik kelompok bawah. Dalam proses
tutorial ini, peserta didik kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya
karena memberi pelayanan sebagai tutor kepada teman sebaya yang membutuhkan
pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi
tertentu.
2.
Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua
dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang
yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan, maupun
ketidakmampuan. Telah diketahui bahwa banyak kontak fisik saja diantara
orang-orang yang berbeda ras atau kelompok etnik tidak cukup untuk mengurangi
kecurigaan dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada peserta
didik yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung
satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.
3.
Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dalam masyarakat meskipun beragam budayanya. Sementara itu banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering terjadi suatu pertikaian kecil antar individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan, atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situsi kooperatif. Selain unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep sulit. Model ini sangat berguna untuk membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan kerja sama.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Ada lima prinsip yang
mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Positif independence artinya adanya saling
ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama
dalam mencapai tujuan.
2. Face to face interaction artinya antar anggota
berinteraksi dengan saling berpandangan.
3. Individual accountability artinya setiap anggota
kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai
keberhasilan kelompok.
4. Use of collaborative/social skiil artinya harus
menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi. Agar peserta didik
mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.
5. Group processing, artinya peserta didik perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah
utama atau tahapan di dalam pelajaran yang mengutamakan pembelajaran
Kooperatif.
1. Fase 1: Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta
didik. > Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.
2. Fase 2: Menyajikan nformasi. > Guru meyajikan
informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
3. Fase 3: Mengorganisasikan peserta didik kedalam
kelompok Kooperatif. > Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
4. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar. >
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
5. Fase 5: Evaluasi. > Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Fase 6: Memberikan penghargaan. > Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil bekerja individu dan kelompok.
Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Saling ketergantungan yang positif.
2. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
3. Peserta didik dilibatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan kelas.
4. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5. Terjalinya hubungan yang hangat dan bersahabat
antara peserta didik dengan guru
6. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan model
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Pendidik harus mempersiapkan pembelajaran secara
matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2. Agar proses pembelajaran berjalan lancar maka
dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
0 Comments:
Post a Comment