Sekilas Kurikulum Merdeka

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah yang selanjutnya disebut Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang memberi fleksibilitas dan berfokus pada materi esensial untuk mengembangkan kompetensi peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat yang berkarakter Pancasila.
A. Prinsip Kurikulum Merdeka
1. Fokus pada Muatan Esensial
Muatan wajib dikurangi untuk memberi waktu bagi pembelajaran yang lebih mendalam, bermakna, dan terdiferensiasi. Muatan esensial juga dibuat lebih relevan dengan tantangan zaman dan isu terkini, seperti perubahan iklim, literasi finansial, literasi digital, dan literasi kesehatan.
2. Fleksibel dan Konteksual
Kurikulum sekolah bisa disesuaikan dengan karakteristik sekolah dan siswa serta konteks sosial budaya setempat. Guru dapat menggunakan assemen awal untuk melakukan pembelajaran terdiferensiasi (mengatur materi, alur, dan kecepatan pembelajaran sesuai minat dan tingkat kemampuan siswa).
3. Pengembangan Karakter
pengembangan karakter (kompetensi moral-spiritual, sosial, dan emosional) tidak hanya melalui mata pelajaran, tetapi juga melalui alokasi waktu khusus untuk pembelajaran yang aplikatif dan kolaboratif, seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
B. Struktur Kurikulum Merdeka
Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian atas kompetensi, muatan pembelajaran, dan beban belajar. Kompetensi yang dimaksud merupakan kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang menunjukkan kemampuan Peserta Didik sebagai hasil dari proses pembelajaran. Muatan pembelajaran yang dimaksud merupakan susunan materi atau isi yang disampaikan pada proses pembelajaran, mencakup sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diharapkan dikuasai oleh Peserta Didik sesuai dengan kebutuhan belajar. Sementara Beban belajar yang dimaksud merupakan alokasi waktu pembelajaran untuk mencapai kompetensi Peserta Didik. Struktur kurilulm terdiri atas:
1. Struktur Kurikulum pendidikan anak usia dini atau
bentuk lain yang sederajat;
2. Struktur Kurikulum sekolah dasar, madrasah
ibtidaiyah, atau bentuk lain yang sederajat;
3. Struktur Kurikulum sekolah menengah pertama,
madrasah tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat;
4. Struktur Kurikulum sekolah menengah atas, madrasah
aliyah, atau bentuk lain yang sederajat;
5. Struktur Kurikulum sekolah menengah kejuruan atau
madrasah aliyah kejuruan;
6. Struktur Kurikulum taman kanak-kanak luar biasa;
7. Struktur Kurikulum sekolah dasar luar biasa;
8. Struktur Kurikulum sekolah menengah pertama luar
biasa;
9. Struktur Kurikulum sekolah menengah atas luar
biasa; dan
10. Struktur Kurikulum Satuan Pendidikan penyelenggara
pendidikan kesetaraan.
Struktur kurikulum yang
dimaksud pada setiap jenjang tersebut memuat Intrakurikuler, Kokurikuler, dan
Ekstrakurikuler sesuai dengan karakteristik satuan Pendidikan
Intrakurikuler
Intrakurikuler adalah
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar sesuai jadwal dan beban
belajar pada struktur Kurikulum. Intrakurikuler memuat kompetensi, muatan
pembelajaran, dan beban belajar.
Kokurikuler
Kokurikuler adalah
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk penguatan, pendalaman, dan/atau
pengayaan kegiatan Intrakurikuler dalam rangka pengembangan karakter dan kompetensi
Peserta Didik. Kokurikuler dilaksanakan paling sedikit dalam bentuk projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Kokurikuler memuat kompetensi, muatan
pembelajaran, dan beban belajar.
Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter
dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja
sama, dan kemandirian Peserta Didik secara optimal yang dilakukan dengan
bimbingan dan pengawasan Satuan Pendidikan. Ekstrakurikuler memuat kompetensi,
muatan pembejaran, dan beban belajar.
C. Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah suatu pendekatan yang mengakui bahwa setiap siswa
memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran
berdiferensiasi, siswa diberikan pilihan-pilihan yang bervariasi dalam hal
materi pembelajaran, metode pengajaran, dan penilaian. Tujuan utama dari
pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk memastikan bahwa setiap siswa dapat
mencapai potensi maksimal mereka dan merasa termotivasi dalam proses belajar.
Salah satu cara untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka adalah dengan memberikan pilihan pada siswa dalam memilih materi pembelajaran. Siswa diberikan kebebasan untuk memilih topik yang mereka minati dan ingin pelajari lebih lanjut. Misalnya, jika ada siswa yang tertarik dengan ilmu pengetahuan alam, mereka dapat memilih untuk fokus pada mata pelajaran seperti biologi, fisika, atau kimia. Sebaliknya, jika ada siswa yang tertarik dengan seni dan musik, mereka dapat memilih untuk fokus pada mata pelajaran seperti seni rupa, tari, atau musik. Dengan memberikan pilihan ini, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar karena mereka dapat belajar sesuai minat dan kebutuhan mereka sendiri. Ciri-ciri pembelajaran berdiferensiasi yakni:
1.
fleksibilitas dalam penyampaian materi
2.
penilaian formatif terfokus pada perkembangan
individu
3.
kelompok kerja yang fleksibel
4.
penggunaan teknologi
5.
pendekatan personalisasi
6.
fokus pada pembelajaran seumur hidup
7.
Kemitraan dengan orang tua
8.
Pemikiran kritis dan kreatif
D. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Projek penguatan profil
pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam
mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk
menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.
Berdasarkan
Kemendikbudristek No.56/M/2022, projek penguatan profil pelajar Pancasila
merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan
upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila
yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek
penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan,
kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Projek penguatan profil pelajar Pancasila
dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan
pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran
intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia
kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar
Pancasila.
Pendidik dapat tetap
melaksanakan pembelajaran berbasis projek di kegiatan mata pelajaran
(intrakurikuler). Pembelajaran berbasis projek di intrakurikuler bertujuan
mencapai Capaian Pembelajaran (CP), sementara projek penguatan profil pelajar
Pancasila bertujuan mencapai kompetensi profil pelajar Pancasila.
Prinsip-prinsip projek penguatan profil pelajar Pancasila
1. Holistik
Holistik bermakna memandang
sesuatu secara utuh dan menyeluruh, tidak parsial atau terpisah-pisah.
Dalam konteks perancangan projek penguatan profil pelajar Pancasila, kerangka
berpikir holistik mendorong kita untuk menelaah sebuah tema secara utuh dan
melihat keterhubungan dari berbagai hal untuk memahami sebuah isu secara
mendalam
2. Kontekstual
Prinsip kontekstual
berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman
nyata yang dihadapi dalam keseharian. Prinsip ini mendorong pendidik dan
peserta didik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan
sehari-hari sebagai bahan utama pembelajaran.
3. Berpusat Pada Peserta Didik
Prinsip berpusat pada
peserta didik berkaitan dengan skema pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk menjadi subjek pembelajaran yang aktif mengelola proses belajarnya
secara mandiri, termasuk memiliki kesempatan memilih dan mengusulkan
topik projek profil sesuai minatnya. Pendidik diharapkan dapat mengurangi peran
sebagai aktor utama kegiatan belajar mengajar yang menjelaskan banyak materi
dan memberikan banyak instruksi.
4. Eksploratif
Prinsip eksploratif
berkaitan dengan semangat untuk membuka ruang yang lebar bagi proses
pengembangan diri dan inkuiri, baik terstruktur maupun bebas. Projek
penguatan profil pelajar Pancasila tidak berada dalam struktur intrakurikuler
yang terkait dengan berbagai skema formal pengaturan mata pelajaran. Oleh
karenanya projek profil ini memiliki area eksplorasi yang luas dari segi
jangkauan materi pelajaran, alokasi waktu, dan penyesuaian dengan tujuan
pembelajaran. Namun demikian, diharapkan pada perencanaan dan pelaksanaannya,
pendidik tetap dapat merancang kegiatan projek profil secara sistematis dan
terstruktur agar dapat memudahkan pelaksanaannya.
Berbagai wajah proyek penguatan profil pelajar Pancasila
Ningsih, peserta didik, Sumbawa Barat
Ningsih seorang siswa SMP. Ningsih tinggal di desa nelayan gurita. Di sekolah, guru Ningsih merancang projek profil bertopik “Detektif Gurita.“ Ningsih mengeksplorasi segala hal tentang dunia gurita, mulai dari karakteristik dan cara hidup gurita, hingga bagaimana gurita mempengaruhi kesejahteraan masyarakat desanya. Sewaktu menyelidiki, Ningsih dan teman-teman baru tahu bahwa gurita yang tidak laku biasanya hanya dibuang ke laut. Dengan bimbingan guru, Ningsih dan teman sekelasnya bersama-sama mengembangkan kreasi pangan olahan gurita untuk memanfaatkan gurita yang tidak laku. Ningsih sangat senang karena ia dan teman-teman berkesempatan mengasah dimensi Kreatif dan Gotong Royong melalui projek profil.
Pak Aso, pendidik, Bandung
Pak Aso seorang guru SLB. Pak Aso mengamati, siswanya suka minum teh manis tetapi belum bisa membuat sendiri. Pak Aso merancang projek profil bertema Kewirausahaan untuk mengembangkan dimensi Mandiri, berjudul “Kita Suka Teh Manis”. Siswa belajar mengenal alat dan bahan, menentukan ukuran gula dan air yang digunakan, menuangkan air dalam gelas, hingga menyajikan teh secara mandiri. Projek profil dilakukan melalui pendampingan, pengulangan dan pembiasaan baik di sekolah maupun di rumah. Lebih jauh lagi, Pak Aso menyemangati siswanya berjualan teh manis pada pameran projek profil. Siswa Pak Aso sangat senang, 20 gelas teh manis laku terjual hari itu. Setelah projek profil berakhir, beberapa orang tua bercerita pada Pak Aso bahwa anaknya kini membuat teh manis sendiri setiap pagi.
0 Comments:
Post a Comment