A. Hukum Arus Kirchoff
Hukum Arus Kirchoff membicarakan tentang
arus listrik pada titik percabangan suatu kawat. Tinjau sebuah titik
percabangan pada suatu kawat, sebut titik A, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1 Arus pada Percabangan suatu Kawat |
Arus I1 dan I2 menuju (masuk
ke) titik A, sedangkan I3 dan I4 menjauhi (keluar dari) titik A. Jika
aliran arus dianalogikan sebagai aliran air dalam pipa, Anda tentu akan yakin
bahwa jumlah aliran air sebelum melewati titik A akan sama dengan jumlah air sesudah
melewati titik A.
Demikian pula dengan arus listrik,
jumlah arus listrik yang menuju (masuk ke) titik percabangan (titik A) sama
dengan jumlah arus yang menjauhi (keluar dari) titik percabangan tersebut.
Dengan demikian, pada Gambar 1, secara matematis diperoleh
atau
Persamaan terakhir secara matematis
dapat ditulis
yang berarti bahwa jumlah arus
listrik pada suatu titik percabangan sama dengan nol. Persamaan (1) disebut
Hukum Pertama Kirchoff atau Hukum Arus Kirchoff. Perlu diingat bahwa ketika
Anda menggunakan Persamaan (1), arus yang masuk ke titik percabangan
diberi tanda positif, sedangkan arus yang keluar dari titik percabangan diberi
tanda negatif.
B. Hukum Tegangan
Kirchoff
Hukum
Tegangan Kirchoff didasarkan pada Hukum Kekekalan Energi. Ketika muatan
listrik q berpindah dari potensial tinggi ke potensial rendah dengan
beda potensial V, energi muatan itu akan turun sebesar qV.
Sekarang
tinjau rangkaian listrik, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Muatan listrik yang Mengalir dalam Lintasan Tertutup Memenuhi Hukum Kekekalan Energi. |
Baterai
dengan tegangan terminal V akan melepas muatan q dengan energi qV
sedemikian sehingga mampu bergerak pada lintasan tertutup (loop) abcda.
Ketika muatan q melintasi resistansi R1,
energi
muatan ini akan turun sebesar qV1.
Demikian
pula ketika melintasi R2
dan
R3, masing-masing
energinya turun sebesar qV2
dan
qV3. Total
penurunan energi muatan adalah qV1
+
qV2 + qV3.
Sesuai
dengan Hukum Kekekalan Energi, penurunan ini harus sama dengan energi yang
dilepaskan oleh baterai, qV. Dengan demikian berlaku
Persamaan
terakhir dapat ditulis
yang berarti bahwa jumlah tegangan pada sebuah loop (lintasan tertutup) sama dengan nol. Persamaan (2) disebut Hukum Kedua Kirchoff atau Hukum Tegangan Kirchoff.
C. Penerapan
Hukum Kirchoff pada Rangkaian Sederhana
Rangkaian
sederhana adalah rangkaian yang terdiri dari satu loop. Sebagai contoh, tinjau
rangkaian pada Gambar 3. Tidak ada titik percabangan di sini sehingga
arus pada setiap hambatan sama, yakni I dengan arah seperti pada gambar.
Pilih loop a-b-c-d-a.
Gambar 3 Rangkaian Listrik Sederhana |
Ketika
Anda bergerak dari a ke b, Anda menemui kutub negatif baterai terlebih
dahulu sehingga GGLnya ditulis Vab
=
E1. Ketika
Anda melanjutkan gerakan dari b ke c, Anda mendapati arah arus
sama dengan arah gerakan Anda sehingga tegangan pada R1
diberi tanda positif, yakni Vbc
=
+IR1. Dari
c ke d kembali Anda menemui GGL dan kali ini kutub positifnya
terlebih dahulu sehingga diperoleh Vcd
=
+E2.
Selanjutnya, tegangan antara d dan a diperoleh
Vda =
+IR2. Hasil
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam Persamaan (2).
atau
sehingga diperoleh
Persamaan terakhir dapat ditulis sebagai
berikut.
Dengan demikian, untuk rangkaian listrik sederhana, besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian dapat dicari menggunakan Persamaan (3). Akan tetapi, jangan lupa ketika memasukkan nilai GGLnya, Anda harus tetap memerhatikan tanda GGL tersebut.
D. Penerapan
Hukum-hukum Kirchoff pada Rangkaian Majemuk
Rangkaian
majemuk adalah rangkaian arus searah yang lebih dari satu loop. Salah satu cara
untuk menganalisis rangkaian majemuk adalah analisis loop. Analisis ini pada dasarnya
menerapkan Hukum-hukum Kirchoff, baik tentang arus maupun tegangan.
Gambar 4 Analisis Loop pada Rangkaian Majemuk |
Berikut adalah langkah-langkah untuk menganalisis rangkaian majemuk pada Gambar 4 di atas menggunakan analisis loop.
1) Tandai titik-titik sudut atau titik cabang rangkaian, misalnya titik a, b, c, d, e, dan f.
2) Tentukan arah arus pada tiap cabang, sebarang saja, sesuai keinginan Anda. Lalu, gunakan Persamaan (8–10) untuk mendapatkan persamaan arusnya.
3) Tentukan titik tempat Anda mulai bergerak dan lintasan yang akan Anda lalui. Misalnya, Anda ingin memulai dari titik a menuju titik b, c, dan d lalu ke a lagi maka yang dimaksud satu loop adalah lintasan a-b-c-d-a. Lakukan hal yang serupa untuk loop c-d-e-f-c.
a) Jika Anda melewati sebuah baterai dengan kutub positif terlebih dahulu, GGL E diberi tanda positif (+E). Sebaliknya, jika kutub negatif lebih dulu, GGL E diberi tanda negatif ( E).
b) Jika Anda melewati sebuah hambatan R dengan arus I searah loop Anda, tegangannya diberi tanda positif (+IR). Sebaliknya, jika arah arus I berlawanan dengan arah loop Anda, tegangannya diberi tanda negatif (IR).
4) Masukkan hasil pada langkah 3 ke Persamaan (2).
5) Beberapa persamaan yang Anda dapatkan, Anda dapat melakukan eliminasi untuk memperoleh nilai arus pada tiap cabang.
E. Penerapan
Hukum Arus Kirchoff dan Hukum Ohm pada Rangkaian Majemuk
Selain
analisis loop, analisis simpul juga dapat digunakan untuk menganalisis rangkaian
majemuk. Analisis ini menerapkan Hukum Arus Kirchoff dan Hukum Ohm. Berikut
adalah langkah-langkah untuk menerapkan analisis simpul pada rangkaian majemuk
yang diperlihatkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Analisis Simpul pada Rangkaian Majemuk |
1) Pilih
salah satu titik (simpul), misal A, sebagai acuan dengan tegangan nol (ground)
dan titik (simpul) lainnya, misal B, anggap memiliki tegangan V terhadap
ground, yakni VBA = V.
2) Pilih
semua arus pada tiap cabang, yakni I1, I2, dan I3, berarah
dari B ke A.
3) Jika
pada cabang arus terdapat baterai (GGL), perhatikan kutub baterai yang ditemui
arah arus. Jika arus yang Anda misalkan masuk ke kutub positif baterai, arus
pada cabang tersebut memenuhi persamaan.
dengan subcript
c berarti cabang. Sebaliknya, jika arus yang Anda misalkan masuk ke kutub
negatif baterai, arus pada cabang tersebut memenuhi persamaan
4) Terapkan Hukum Arus
Kirchhoff sebagai berikut.
5) Masukkan
I pada langkah 3 ke langkah 4 maka Anda akan memperoleh nilai V.
6) Untuk
mendapatkan arus pada tiap cabang, Anda tinggal memasukkan nilai V hasil
langkah (5) ke persamaan I pada langkah (3).
Sumber: Saripudin,
A., Dede R.K., & Adit S. 2009. Praktis Belajar Fisika 1. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
0 Comments:
Post a Comment