Metode Pembelajaran Debat - Pengertian, Jenis-jenis, Unsur, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan

 Metode Debat

Implementasi Metode Debat (sumber: www.schooldebatteren.nl)

Pengertian Metode Debat

Menurut Djamarah dan Zain (2010) strategi pembelajaran dengan metode debat merupakan strategi yang secara aktif melibatkan peserta didik di dalam kelas bukan hanya sekedar pelaku debatnya saja, cara penyajian pembelajaran, dimana peserta didik-peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang biasa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Di dalam diskusi ini proses belajar-mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu 4 yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya akrif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Melalui metode debat ini peserta didik akan mampu meningkatkan emosionalnya, melatih kepekaan diri mengendalikan emosi dan mengajarkan peserta didik untuk selalu peka terhadap rangsangna sosial yang berhubungan dengan tuntutan sosial sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial. Semua hal tersebut memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasan secara optimal.

 

Debat menurut Zaini Hisyam dkk (2008) yaitu metode yang mendorong pemikiran dan perenungan dalam mempertahankan pendapat dengan keyakinan sendiri. Metode debat ini merupakan strategi yang secara aktif melibatkan setiap peserta peserta didik di dalam kelas bukan hanya para pelaku debatnya saja. Menurut Zulyetti (2014) mengung-kapkan bahwa metode debat aktif pertama kali diperkenalkan Melvin L. Silberman. Penerapan metode debat aktif tepat dilakukan untuk mendukung paradigma pendidikan abad 21, yang didukung oleh berbagai keunggulan yang ada dapat membantu pendidik dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran

Jenis-jenis Metode Debat

Jenis-jenis metode debat menurut (Surjadi,1989) adalah sebagai berikut:

1.     Debat Silang

Debat silang merupakan pembahasan suatu masalah, topik, ataupun isyu, oleh dua pihak yang berlainan pendapatnya, bahkan bertentangan. Akhir perdebatan adalah berupa rumusan pendapat. Selanjutnya apakah hadirin akan diberi kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat atau tidak terserah kepada pimpinan debat itu.

2.     Debat Parlementer

Metode ini disebut pula debat Oxford atau debat Inggris. Pelaksanaannya tidak banyak berbeda dengan Debat Silang di atas. Suatu masalah dianalisa dan dikemukakan pemecahannya oleh dua team (pihak) yang berlainan bahkan bertentangan pendapatnya. Masing-masing team bisa terdiri dari 2-3 orang. Lebih dari itu akan memakan waktu terlalu lama. Perdebatan kemudian dilanjutkan dengan melibatkan para hadirin untuk mengajukan pertanyaan, pendapat, komentar, saran,saran, atau kritik kepada para pemrasaran atau penyanggah. Terakhir dilanjutkan dengan pemungutan suara (voting) jika memang diperlukan. Jika tidak, mungkin konsensus tercapai.

3.     Debat Langsung

Prosedur metode ini pada umumnya hampir sama dengan prosedur debat silang dan parlementer. Bedanya hanya pada aspek-aspek atau butir-butir yang tidak disetujui oleh team penyanggah, langung diperdebatkan. Jadi team pemrasaran menyampaikan pasarannya, lalu ditanggapi oleh team penyanggah. Tampak dalam aspek atau butir apa saja penyanggah tidak brsesuaian pendapat dengan pemrasaran. Lalu diskusi atau debat dilakukan dan dipusatkan pada aspekaspek itu. Demikianlah diskusi bergerak dari satu aspek kepada aspek berikutnya.

4.     Debat Memecahkan Masalah

Seperti biasa pimpinan kelompok bersama anggota menentukan topik/masalah/isyu, dua team pembahas (A, B) masing-masing terdiri dari 2-3 orang, jadwal dan tempat berdebat/berdiskusi. Tujuan debat ini ialah menemukan cara yang tepat untuk memecahkan suatu masalah. Untuk itu kedua team harus berpikir jernih dan jelas, pengkajian masalah secara tuntas dengan mempergunakan pendekatan ilmiah dalam pengumpulan fakta dan data, kondisi serta alterntif-alternatif pemecahan. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik, pengerahan pikiran, sikap toleran dan evaluasi tanpa bias. Dengan kata lain perlu kerjasama yang saling memberi dan menerima, bersahabat, kritis dan semangat.

Unsur-unsur Debat

Dalam pelaksanaan metode debat ada beberap unsur yang perlu ada agar kegiatan debat dapat terlaksana dengan baik. Adapun unsur-unsur debat menurut Suherli (2016), antara lain:

1.     Mosi

Mosi merupakan suatu topik masalah yang sedang diperdebatkan. Mosi biasanya membahas mengenai masalah yang sedang hangat diperbincangkan oleh khalayak ramai sehingga akan lebih menarik jika masalah tersebut dibahas dalam debat.

2.     Tim Afirmasi

Tim afirmasi adalah tim yang pro terhadap mosi yang sedang diperdebatkan. Tim ini menyajikan pendapat dan alasan yang kuat untuk mendukung dan menguatkan mosi yang sedang dibahas.

3.     Tim Oposisi

Tim oposisi adalah lawan dari tim afirmasi. Tim oposisi adalah tim yang menyanggah segala argumentasi tim afirmasi dengan menunjukkan alasan, bukti, dan contoh yang lebih kuat untuk melemahkan argumentasi dari tim afirmasi.

4.     Tim Netral

Tim netral adalah tim yang tidak mendukung tim afirmasi maupun tim oposisi. Tim ini dapat memberikan argumentasi dari dua sisi yaitu menerima dan menolak sebagian dari mosi yang disambaikan dalam debat. Tim netral bersifat opsional dalam kegiatan debat yang berarti boleh ada maupun tidak ada.

5.     Moderator

Moderator adalah orang memimpin debat. Menurut Wiyanto (2003) pemimpin debat mempunyai tugas sebagai berikut. (1) Membuka debat, (2) Memperkenalkan masing-masing pembicara anggota tim, afirmasi dan tim oposisi, (3) Memperkenalkan petugas pencatat waktu dan dewan juri, (4) Mengatur ketertiban dan kelancaran debat, (5) Menghitung hasil penilaian dewan juri dan menentukan pemenang, (6) Mempersilakan dewan juri mengadakan penjurian lisan (kalau perlu), (7) Mengumumkan pemenang debat (salah satu dari tim afirmasi dan tim oposisi), dan (8) Menutup debat.

6.     Penulis atau Notulis

Penulis atau notulis adalah orang yang mencatat hal-hal yang penting dalam debat dan mencatat hasil akhir dalam debat.

Langkah-langkah Metode Debat

Menurut Silberman (2013) bahwa metode debat memiliki prosedur atau langkah-langkah, yaitu sebagai berikut.

1. Membuat pertanyaan yang berkaitan dengan sebuah isu kontroversial yang berhubungan dengan materi pelajaran.

2.     Membagi kelas menjadi dua tim, yaitu kelompok “pro” dan kelompok “kontra”.

3.   Membuat dua sampai empat sub kelompok di dalam setiap tim debat. Pada akhir diskusi, setiap subkelompok memilih satu orang sebagai juru bicaranya.

4.   Menyiapkan dua sampai empat kursi (tergantung jumlah subkelompok di setiap pihak) untuk para juru bicara di pihak yang pro, dan berhadapan dengan mereka, jumlah kursi yang sama untuk para juru bicara dari pihak yang kontra.

5. Debat dapat dihentikan setelah semua peserta didik mendengar argumenargumen pembuka, kemudian peserta didik diminta berkumpul di subkelompok masing-masing.

6. Perdebatan dapat dimulai kembali. Meminta para juru bicara baru memberikan “argumen balasan”.

7.   Menghentikan debat ketika sudah dirasa cukup. Meminta semua peserta didik untuk mengidentifikasi argumen terbaik mana saja yang disampaikan oleh kedua belah pihak.

8.     Variasi:

a.      Menambahkan satu kursi atau lebih di tim debat.

b.     Memulai debatnya langsung dengan argumen pembuka.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat, diantaranya adalah sebagai berikut (Hamdayana, 2014).

1.      Memantapkan pemahaman konsep peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diberikan

2.      Melatih peserta didik untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan

3.      Melatih peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.

Sedangkan kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut

2. Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila pendidik tidak menengahi

3. Peserta didik yang pandai beragumen akan selalu aktif tapi yang kurang pandai beragumen hanya diam dan pasif

4. Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok

5. Perlunya tema yang mudah dipahami oleh peserta didik

6. Tema haruslah dapat diperdebatkan

7. Perataan peserta didik dalam kelompok terkadang tidak heterogen.

Rujukan

Djamarah. S. B, Zain. A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamdayana, Jumata. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta:Graha Indonesia

Hisyam Zaini dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pusat Insan Madani.

Silberman, Mel. 2013. Pembelajaran Aktif: 101 Strategi Untuk Mengajar Secara Aktif. Jakarta: Indeks

Suherli. 2016. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Surjadi. A. 1989. Membuat Peserta didik Aktif Belajar. Bandung : Mandar Maju

Wiyanto, A. 2003. Debat sebagai Retorika. Jakarta: Aneka Ilmu.

Zulyetti. 2014. Penerapan Metode Active Debate dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6(2), 14-21. 7

0 Comments:

Post a Comment