Metode Pembelajaran Diskusi - Pengertian, Jenis-jenis, Langkah-langkah, Kelebihan dan Kekurangan

Metode Diskusi

Implementasi Metode Diskusi (sumber: https://ujione.id/)

Pengertian Metode Diskusi

Secara umum metode diskusi adalah dua suku kata yang berbeda, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai dengan yang dikehendaki cara kerja yang bersistem untuk memudahkan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan diskusi, berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata “dis” dan “culture”. “Dis”artinya terpisah, sementara “culture” artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikanya (to clear away by breaking up or culturing). Secara umum, pengertian diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan masalah tertentu (problem solving) (Armai, 2002).

Menurut Djamarah dan Zain (2013) metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Adapun menurut Hamdayama (2014) diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan  pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran. Metode diskusi merupakan kegiatan tukar-menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Tujuannya ialah untuk memperoleh pengertian Bersama yang lebih jelas dan lebih teliti mengenai hal yang didiskusikan. Disamping itu, untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan Bersama.

Jenis-jenis Metode Diskusi

Menurut Darajat (1997) metode diskusi yang dilakukan guru dalam membimbing belajar siswa dibagi dalam beberapa model, antara lain:

1. Diskusi informal

Diskusi ini terdiri dari satu diskusi yang pesertanya terdiri dari peserta didik yang jumlahnya sedikit. Dalam diskusi informal ini hanya seorang yang menjadi pimpinan, tidak perlu ada pembantu sedangkan yang lain hanya sebagai anggota diskusi.

2. Diskusi formal

Diskusi ini berlangsung dalam suatu diskusi yang serba diatur dari pimpinan sampai anggota kelompok. Diskusi dipimpin oleh seorang pendidik atau peserta didik yang dianggap cakap. Karena semua telah diatur, para anggota tidak dapat begitu saja berbicara (semua harus diatur melalui aturan yang dipegang oleh pimpinan diskusi), diskusi yang diatur seperti ini memang lebih baik.

3. Diskusi Panel

Diskusi ini diikuti oleh banyak peserta didik sebagai peserta, yang dibagi menjadi peserta aktif dan tidak aktif. Peserta aktif adalah langsung mengadakan diskusi. Sedangkan peserta tidak aktif sebagai pendengar.

4. Simposium

Dalam simposium, masalah-masalah yang akan dibicarakan diantar oleh satu orang atau lebih dan disebut pemrasaran. Pemrasaran boleh berpendapat beda-beda terhadap suatu masalah, sedangkan peserta boleh mengeluarkan pendapat menanggapi yang telah di kemukakan oleh pemrasaran.

Langkah-langkah Metode Diskusi

Hamdayama (2014) mengemukakan bahwa agar pelaksanaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan Langkah-langkah sebagai berikut.

1. Persiapan Diskusi

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifta umum maupun tujuan yang bersifat khusus.

b. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai denga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

c. Menetapkan masalah yang akan dibahas.

d. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus manakala diperlukan.

2. Pelaksanaan Diskusi

a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap mempengaruhi kelancaran diskusi.

b. Memberikan pengarahan sebelum melaksanakan diskusi, misalnya meyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

c. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasan dan iklim belajar yang menyenangkan, mislanya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

d. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

e. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak focus.

3. Penutup Diskusi

a. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

b. Mereview jalannya diskusi dengan meminat pendapat dari seluruh peserta didik sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Kelebihan Metode Diskusi

Kelebihan metode diskusi menurut Hery, Clay, & Lindgren (1960), antara lain:

1. Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik daripada memutuskan sendiri.

2. Siswa tidak terjebak pada jalan pemikiran sendiri, yang kadang salah, penuh prasangka dan sempit, karena dengan diskusi ia mempertimbangkan alasan orang lain.

3. Dengan diskusi timbul percakapan antara guru dan siswa sehingga diharapkan hasil belajarnya lebih baik.

4. Dengan diskusi memberi motivasi terhadap berpikir dan meningkatkan perhatian kelas.

5. Diskusi membantu mendekatkan/mengeratkan hubungan antara kegiatan kelas di tingkat perhatian.

6. Diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman.

Kekurangan Metode Diskusi

Kekurangan metode diskusi menurut Hamdayama (2014), antara lain:

1.  Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

3. Apabila peserta didik tidak memahami konsep dasar permasalahan maka diskusi tidak efektif.

4. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

5. Bisanya ornag menghendaki pendekatan yang lebih formal.

6. Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu.

Rujukan

Arif, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002

Djamarah, Syaiful Bahri, Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Megajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdayama, jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hery, Clay, Lindgren. 1960. Educational Psychology The Classroom. Modern Asian Edition.

Zakiah, Darajat. 1997. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

0 Comments:

Post a Comment