Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW

Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW

Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW

Model pembelajaran jigsaw adalah suatu variasi model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok, yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran ini dilaksanakan dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 siswa.

Dimuat secara heterogen, dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya untuk bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota, sehingga mereka pun harus bekerjasama, saling ketergantungan yang positif, dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari, serta bisa menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Pengertian Model Jigsaw Menurut Para Ahli

Menurut Lie (2008), model pembelajaran jigsaw merupakan sistem pelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Menurut Slavin (2008), model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran.

Menurut Johnson dan Johnson dalam Isjoni (2009), model pembelajaran jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Menurut Sudrajat (2008), model pembelajaran jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok, yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar, dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Berdasarkan dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran jigsaw adalah proses belajar siswa secara kelompok, dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi yang di berikan, serta materi yang sudah dikuasai harus disampaikan kepada anggota kelompok lain.

Karakteristik Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW

Menurut Sanjaya (2007:242-243), karakteristik model pembelajaran kooperatif jigsaw, meliputi:

1.     Pembelajaran secara berkelompok;

2.     Kooperatif manajemen meliputi; perencanaan, pelaksanaan, organisasi, dan kontrol;

3.     Kerja sama dalam kelompok belajar;

4.     Keterampilan dalam berinteraksi dalam berkomunikasi.

Sedangkan menurut Prastiyo, (2019:13) karakteristik model pembelajaran kooperatif jigsaw, yaitu:

1.     Tutor sejawat yang kompeten;

2.     Kelompok asal berperan sebagai media untuk saling mengajarkan keahliannya;

3. Kelompok ahli berperan dalam penguasaan materi. Jadi, karakteristik jigsaw adalah model belajar yang terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki peran dalam penguasaan materi belajar guna mencapai tujuan pembelajaran

Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW

Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw sebagai berikut :

1. Pemilihan materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen / bagian.

2. Guru membagi siswa menjadi beberapa beberapa kelompok-kelompok kecil sesuai dengan segmen / bagian materi. Dalam metode jigsaw ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami sub topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi atau sub topik yang berbeda-beda.

4. Setiap kelompok asal mengirimkan anggotanya ke kelompok lain atau kelompok ahli. Di dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama.Kemudian setiap anggota merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik yang menjadi bagian anggota kelompoknya semula (kelompok asal).

5. Setelah pembahasan selesai para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya pengetahuan apa yang telah mereka dapatkan saat pertemuan di kelompok ahli.

6. Selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

7. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

8. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli oleh Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany (2008) dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe JIGSAW

Kelebihan model pembelajaran jigsaw

Roy Killen dalam Hamdayama (2014: 89-90) menyatakan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional. Di antaranya sebagai berikut.

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang ditugaskan untuk dapat menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

2. Pemerataan penguasaan materi bisa dicapai dalam waktu yang lebih cepat.

3. Metode pembelajaran jigsaw dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Kekurangan model pembelajaran jigsaw

Namun, terdapat pula beberapa hal yang menjadi kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu:

1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah peer teaching, yaitu pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain.

2. Apabila terdapat peserta didik tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi  menyampaikan materi pada teman.

3. Butuh waktu yang cukup lama dan persiapan yang matang sebelum akhirnya model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik di kelas.

4. Siswa yang biasa aktif di kelas akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.

5. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai ahli dalam kelompok.

6. Pembagian kelompok yang tidak heterogen, memungkinkan kelompok tersebut anggotanya lemah semua.

7. Siswa yang tidak terbiasa dalam berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran..

8. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

0 Comments:

Post a Comment